Pada bulan Maret 2014 di provinsi Lampung terdapat dua kasus pembunuhan unik yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya dan seorang pria terhadap kekasihnya. Kasus pertama mendapat perhatian media massa baik elektronik maupun cetak, kasus ini kemudian mejadi semakin unik karena ibu korban yang diduga sebagai pelaku memberikan pernyataan yang sering berubah-ubah terhadap penyidik. Pengakuannya terakhir yang secara konsisten dikatakan bahwa ia tidak membunuh anaknya. Ada informasi bahwa ibu korban memiliki permasalahan yang terkait dengan kesehatan mentalnya. Oleh karena itu pihak penyidik perlu memastikan apakah yang bersangkutan memiliki gangguan kejiwaan/psikologi sehingga dirasa perlu untuk melakukan pemeriksaan psikologi.
Kasus kedua adalah pembunuhan berencana yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban yang merupakan kekasihnya sendiri. Pelaku mengatakan bahwa ia tega membunuh korbannya karena ia merasa kecewa dan sakit hati telah dikhianati. Pelaku merasa ia telah berkorban cukup banyak sehingga baginya korban adalah cinta terakhirnya. Disisi lain hubungan Pelaku dan korban saat masih berpacaran tergolong hubungan yang abussif, penuh dengan tekanan emosional. Pelaku mengatakan ia memperoleh inspirasi tentang cara membunuhnya dari film yang ia tonton dan dari cerita teman-temannya saat ia bekerja di Jakarta.