laman

Sabtu, 28 Desember 2013

Meningkatkan kebanggaan terhadap pasangan


IBG. Adi Putra Yadnya, M. Psi
Kabag Psikologi Biro SDM Polda Lampung

Indahnya saat bertemu pertama kali dengan seseorang yang disukai adalah pengalaman yang sulit terlupakan. Jika perasaan suka ini mendapat respon atau penerimaan dari orang yang kita sukai tersebut maka terjadilah hubungan pacaran. Saat pertama kali bertemu  yang mengesankan adalah hal-hal yang menarik atau sesuatu yang terlihat bagusnya saja.  Setiap orang ingin menampilkan kesan yang baik agar orang menjadi terkesan dan menyukainya. Kesan yang diperoleh seseorang untuk menjadi tertarik dengan pasangannya pada awalnya sebagian besar dipengaruhi oleh ketertarikan secara fisik, setelah terjadi interaksi sosial akan muncul ketertarikan dari aspek-aspek yang lain seperti, emosi, sikap, ataupun kepribadiannya. Interaksi interpersonal yang berawal dari sebuah ketertarikan dapat berkembang menjadi kecocokan dari masing-masing pasangan. Perasaan cocok ini kemudian akan menjadi salah satu pendorong dari seseorang untuk memutuskan membangun rumah tangga melalui pernikahan. Jika ini berlangsung sepanjang hidup hal ini adalah sesuatu yang luar biasa, namun dalam kenyataannya terkadang berumah tangga tidaklah seindah apa yang dibayangkan ketika berpacaran. Seiring dengan berjalannya waktu satu persatu kelemahan pasangan mulai muncul, misalnya kelemahan dalam bentuk, sikap, perilaku atau sifat tertentu yang tidak muncul sebelumnya. Kelemahan atau keterbatasan yang ada dapat membuat kebanggan terhadap pasangan menjadi berkurang.

Bagaimana kita dapat mengenali faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perasaan kurang bangga terhadap pasangan?
Kita tidak dapat memastikan satu faktor utama yang menyebabkan munculnya perasaan tersebut. Untuk sampai pada perasaan tersebut memerlukan proses  sampai terbentuk sebuah perilaku bahwa seseorang menjadi tidak menghargai pasangannya lagi seperti ketika awal bertemu. Kita dapat memulai dari melihat adanya perubahan-perubahan kecil dalam interaksi antar pasangan. Perubahan ini tidak selalu sesuatu yang besar, bisa saja hal-hal sepele yang kadang luput dari perhatian, namun jika dibiarkan akan memunculkan masalah yang besar akibat akumulasi dari permasalahan sepele tadi. Kita bisa melihat perbandingan intensitas pasangan untuk melakukan hal-hal yang dilakukan ketika awal pernikahan atau ketika masih berpacaran dengan situasi rumah tangga saat ini. Misalnya semakin jarang mengucapkan “terimakasih” atas apa yang dilakukan pasangannya. Mulai melupakan hari-hari yang memiliki arti khusus. Amati bagaimana perubahan sikap secara umum, bagaimana caranya memberikan respon. Dalam hal ini akan terjadi proses belajar, yakni ketika sebuah tindakan tidak memperoleh respon yang diharapkan maka tindakan itu cenderung tidak akan dilakukan kembali. Misalnya pasangan mengatakan “terimakasih”, tapi tidak memperoleh balasan atau jawaban dari pasangannya maka tingkah laku mengucapkan “terimakasih” tidak akan dilakukan lagi. Perubahan lain dapat berkembang menjadi lebih kompleks, misalnya masing-masing pasangan sudah mulai saling menilai kelemahan pasangannya, penilaiannya bisa dari fisik, sifat, sikap, serta kepribadian secara umum. Perubahannya dapat berbeda-beda untuk setiap pasangan, tergantung dari model interaksinya.

Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi tidak bangga lagi dengan pasangannya ?
  1. Adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Apa yang diharapakan ketika sedang berpacaran dahulu ternyata tidak sesuai dengan realita saat berumah tangga. Cita-cita yang ingin dicapai ternyata sangat sulit diwujudkan, misalnya salah satu pasangan tidak konsisten terhadap komitmennya dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Energy dan semangat yang dimiliki tidak sama seperti ketika merancanakan rumah tangga.
  2. Adanya penilaian akan keterbatasan kapasitas pasangannya untuk melakukan upaya mewujudkan keinginan pasangannya. Hal ini mencerminkan mulai memudarnya pengharggaan dan kebanggan terhadap pasangan. Disisi lain penilaian ini akan menurunkan kepercayaan terhadap pasangan dan tentu akan berpengaruh terhadap harga diri. Siapapun ketika merasa harga dirinya terancam akan bertindak untuk melindunginya.
  3.  Perubahan fisik. Salah satu pasangan merasa tidak puas dengan penampilan fisik pasangannya. Ketika pertama kali bertemu faktor fisik yang menarik menjadi kekuatan seseorang untuk menyukai pasangannya, seiring dengan berjalannya waktu tentu terjadi perubahan yang signifikan terhadap fisik. Hal ini bisa mengurangi kebanggaan seseorang terhadap pasangannya.
  4.  Adanya perubahan perilaku. Kadang terjadi perubahan perilaku yang tak terduga yang tidak ditemui ketika masa berpacaran dahulu. Perilaku ini dapat muncul saat seseorang tidak mampu menghadapi tekanan. Ketika seseorang menghadapi tekanan akan menimbulkan kecemasan, untuk mengatasi kecemasan biasanya muncul perilaku tertentu yang merupakan bentuk mekanisme pertahanan dirinya. Misalnya muncul perilaku “ngeyel” keika diberikan saran atau kritik, yang mungkin pada saat pacaran tidak ditemui.

Apa dampaknya jika kebanggaan terhadap pasangan mulai memudar ?
Berkurangnya kebanggan terhadap pasangan akan berpengaruh terhadap interaksi interpersonal antara suami dan istri. Interaksi menjadi kurang hangat  dan aktivitas yang dilakukan menjadi kurang bermakna. Kebanggan itu sendiri salah satunya dapat dilihat dari seberapa besar makna keberadaan seseorang ditengah pasangannya. Hilangnya kebanggaan terhadap pasangan akan mempengaruhi kualitas sikap saling menghargai, hal ini juga dapat menjadi model perilaku yang kurang baik bagi perkembangan anak. Ia akan melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan perilaku tersebut akan ditiru dalam proses interaksi sosialnya. Kesimpulannya, hilangnya rasa bangga terhadap pasangan berarti hilangnya harapan. Harapan merupakan energi yang mendorong seseorang untuk berusaha dan bekerja keras untuk meraih apa yang diinginkan. Jadi kehilangan rasa bangga terhadap pasangan bisa berarti hilangnya tujuan hidup yang dicita-citakan bersama. Jika hal ini terjadi maka keharmonisan rumah tangga akan terganggu dan pada akhirnya jika tidak segera tertangani akan mengancam kelangsungan rumah tangga itu sendiri.

Bagaimana agar rasa bangga terhadap pasangan itu tetap tumbuh dan terpelihara?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memelihara rasa bangga terhadap pasangan yaitu:
  1.  Fokus pada kelebihan pasangan; setiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya. Terkadang yang lebih ditonjolkan ketika dalam situasi yang tidak menyenangkan adalah kelemahan dari pasangan. Ubahlah dengan cara memberi perhatian yang lebih pada potensi baik serta kekuatan yang dapat dikembangkan.
  2.  Fokus pada tujuan hidup bersama; sadari bahwa dalam membina sebuah rumah tangga tidak hanya pengalaman menyenangkan yang akan ditemui namun juga hal-hal yang tidak menyenangkan, apapun tantangan atau hambatannya upayakan tidak mengganggu proses pencapaian tujuan hidup bersama.
  3.  Miliki waktu untuk berbicara dengan pasangan; setiap pasangan wajib memiliki waktu khusus untuk berbicara mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi bersama. Beri kesempatan pasangan menyampaikan keinginan dan harapan, keluhan dan hal-hal penting lainnya. Disisi lain Kadang seseorang ingin dimengerti oleh pasangannya tanpa harus berbicara, namun yang terbaik adalah setiap pasangan mampu berbicara sekaligus memiliki kesediaan untuk mendengarkan.
  4. Berpikir positif; mudah untuk diucapkan namun sulit dilaksanakan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan rasa syukur terhadap apapun yang diperoleh saat ini. Jika kekurangan pasangan tidak mampu diubah, misalnya karena keterbatasan fisik, maka yang disyukuri adalah kelebihan yang dapat dilakukannya, bukan menonjolkan kelemahannya. Jika terjebak pada kelemahan pasangan yang sulit untuk diubah, energi yang tersita untuk memikirkan hal tersebut sangat besar, akan lebih baik jika energi besar tersebut diarahkan pada apa yang mungkin dilakukan.
  5. Berikan penghargaan terhadap pasangan; sekecil apapun upaya yang dilakukan oleh pasangan jangan ragu untuk memberi apresiasi. Perasaan canggung dalam memberi pujian atau sekedar berbasa-basi dengan pasangan terkadang muncul, hal ini sebenarnya menghambat upaya untuk menumbuhkan perasaan saling menghargai dan kepedulain terhadap pasangan. Terkadang hal-hal kecil yang tidak disadari dapat menjadi perekat hubungan karena keunikannya. Jadi penghargaan diberikan tidak harus ketika pasangan melekukan hal-hal yang besar manfaatnya, penghargaan dapat diberikan kepada pasangan dari hal terkecil.
  6.  Melakukan konsultasi; jika merasa memerlukan pihak lain, jangan ragu mencari bantuan professional untuk membantu mencari alternatif dari masalah yang dihadapi, anda dapat melakukan konseling pada lembaga resmi yang terpercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar