Ida Bagus Gede Adi Putra Yadnya M.Psi., Psikolog
Mengasuh
adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua (suami dan istri) ketika
sudah memiliki anak. Saat berpacaran pasti pernah berangan-angan tentang berapa
banyak anak yang ingin dimiliki, akan diperlakukan seperti apa dan akan diberikan
pendidikan seperti apa ? Kadang ketika orang tua sudah dihadapkan pada
kenyataan mengasuh anak dalam kehidupan sehari-hari muncul kejenuhan dan
keengganan secara pribadi sehingga muncul kecenderungan untuk menyerahkan
tangung jawab pengasuhan kepada salah satu orang tua, yakni ibu.
Dalam
masyarakat konvesional tanggung jawab untuk mengasuh anak biasanya lebih banyak
dibebankan kepada figur ibu, ibu yang lebih banyak tahu tentang seluk beluk
anak. Lalu pertanyaannya kemana si ayah, biasanya ayah lebih memilih berada
dalam dunianya yang dianggap sebagai dunianya laki-laki yakni bekerja mencari
nafkah.
Hasil
penelitian para ahli menyatakan bahwa keyakinan tentang anak adalah urusan ibu
bukanlah merupakan keyakinan yang ada di masyarakat Indonesia saja namun suatu
keyakinan yang lebih universal. Walaupun saat ini sudah mulai berkembang bahwa
ayah juga terlibat dalam pola pengasuhan anak namun belum manjadi kecenderungan
yang umum. Figur ayah dikatakan
cenderung mengambil jarak dengan anak-anaknya, lebih fokus pada kegiatan
pekerjaan sehingga waktu untuk berinteraksi dengan keluarga menjadi berkurang.
Saatnya ayah terlibat / manfaat keterlibatan
ayah
Melihat
dari efek psikologis yang ditimbukan dari kedekatan antara ibu dan si kecil
sejak lahir tidak terlepas dari proses interaksi yang berkualitas. Kualitasnya
tercermin dari ikatan emosional atau attachment
antara ibu dan anak yang diyakini sebagai dasar bagi anak dalam
berinteraksi secara sehat dengan lingkungannya. Pada dasarnya pengasuhan merupakan
perilaku yang didalamnya terdapat kehangatan, kepekaan, penerimaan, hubungan timbal
balik, pengertian dan respon yang tepat terhadap kebutuhan anak. Hal-hal tersebut
di atas tidak dapat diberikan semuanya oleh salah satu figur orang tua saja,
akan lebih baik jika kedua orang tua hadir secara nyata memberikan apa yang
dibutuhkan oleh anak. Keterlibatan ayah akan memberi landasan berupa
kepercayaan diri dan kemampuan untuk bertanggung jawab dan kemandirian pada
anak, hal ini sangat penting untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi
dunianya. Sangat penting menanamkan kemampuan bertanggung jawab terhadap diri
pada anak, sebab dalam perkembangan selanjutnya anak tidak akan selamanya hidup
dengan orang tuanya. Ketika ia mampu bertanggung jawab pada dirinya harapannya ia
juga akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya.
Bagaimana meningkatkan keterlibatan
ayah dalam mengasuh anak ! / solusi agar ayah terlibat ?
Penting
adanya pembagian peran antara ibu dan ayah, jika selama ini ibu yang lebih
berperan maka saatnya untuk memberi peran pada ayah. Menurut Grant (dalam Andayani,
2007) menyebutkan bahwa filosofi dalam mengasuh anak terletak pada empat
elemen, yaitu fisik, sosial, spiritual dan intelektual. Keterlibatan ayah
idealnya terletak pada empat elemen tersebut. Disamping itu perlu juga
ditambahkan elemen afektif sehingga memenuhi aspek kehangatan dalam pengasuhan.
Mengikuti filosofi tersebut maka kita dapat menfokuskan peran ayah pada elemen-elemen
dimaksud.
- Elemen fisik. Bentuk interaksi yang dapat dilakukan ayah adalah aktivitas bersama melalui permainan yang melibatkan aktivitas fisik. Tujuannya adalah agar kemampuan motoriknya menjadi terlatih. Adanya perbedaan pengalaman saat berinteraksi antara ayah dan Ibu akan memberikan pengalaman yang berbeda pula pada anak sehingga ia dapat mengeksplorasi kemampuan lebih luas.
- Elemen sosial. Interaksi dengan anak memerlukan konsentrasi, kadang seorang ayah memberikan perhatian kepada anaknya jika ada waktu luang saja, hal ini dapat menimbulkan keakraban antara anak dan ayah berkurang sehingga keterampilan sosialnya tidak terasah dengan baik. Sebaiknya ayah ketika bermain bersama anak memastikan bahwa keberadaannya saat itu benar-benar untuk anak. Pikiran yang terpecah akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan, dengan waktu yang terfokus inilah ayah akan mampu mencurahkan semua pikirannya untuk menjalin hubungan sosial berkualitas dengan anak. Proses ini dapat memberikan pengalaman pada anak tentang pengertian dan penerimaan.
- Elemen spiritual. Dalam pengasuhan ayah sangat berperan dalam memberikan dasar tentang moralitas pada anak, pengetahuan tentang baik dan buruk, mana tindakan yang diperbolehkan dan mana yang dilarang, informasi tentang norma-norma sosial sangat penting sebelum anak berinteraksi lebih luas dengan dunianya. Ayah dapat mengajak dan membiasakan anak melakukan kegiatan ibadah bersama, sehingga anak akan melihat contoh perilaku secara langsung.
- Elemen Intelektual. Selama ini mungkin Ibu yang banyak menemani anak mengerjakan “PR”, nah peran ini dapat bergantian dengan ayah. Peran ayah menjadi penting karena ayah sebagai figur otoritas harus mampu sebagai role model sekaligus menularkan pengalaman-pengalamannya untuk memberi bekal anak terkait perkembangan intelektualnya. Misalnya saat ayah menemani anak mengerjakan pekerjaan rumah, sesekali memberi bantuan boleh saja, namun akan lebih baik jika bantuan yang diberikan bersifat merangsang anak untuk berpikir, tidak semata-mata agar “PR” segera selesai. Cara pandang yang berbeda antara ayah dan ibu dalam membantu anak menyelesaikan pekerjaan rumah memiliki nilai positif yakni memberikan wawasan kepada anak dalam membangun penghargaan pada orang lain dan menghargai perbedaan.
Keterlibatan ayah dalam merencanakan pendidikan anak
Pendidikan adalah modal yang sangat penting dimiliki anak, sebagai
bekalnya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sebagai kepala keluarga ayah
memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin kelangsungan pendidikan anak. Apa
yang telah dilakukan ibu akan disempurnakan oleh peran ayah dalam turut serta
merencanakan pendidikan anak. Ayah yang ikut melibatkan diri secara aktif dalam
mendidik anak akan membawa keuntungan positif. Sebuah penelitian oleh Universitas
Illinois, AS, menyimpulkan bahwa anak yang memiliki ayah yang peduli untuk
meluangkan waktu untuk sekedar menanyakan pada anak tentang apa yang dipelajari
di sekolah, menanyakan kegiatan sosial anak dan hubungannya dengan teman-temannya,
akan cenderung memiliki performa dan pencapaian lebih baik di sekolah dibanding
anak yang tidak mendapat perhatian serupa dari ayah mereka.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan harus diartikan sebagai
partisipasi aktif yang dilakukan secara terus menerus. Diperlukan komitmen,
sebab tugas yang dilakukan bukan tugas yang dapat dilakukan jika ada waktu
luang, melainkan tugas yang dilakukan dengan waktu khusus dan rutin serta
kesiapan fisik dan mental.
Tips untuk ayah dalam mengasuh si
kecil
- Berikan penghargaan tulus kepada anak; buat ia merasa penting dan merasa diperhatikan.
- Peka terhadap perubahan perilaku anak; perubahan perilaku bisa mengindikasikan adanya kebutuhan, pastikan ia mampu mengkomunikasikan apa yang menjadi kebutuhannya.
- Menerima kelebihan dan kekurangan anak; hal ini sangat penting sehingga anak tidak merasa terbeban selalu tampil baik di depan orang tuanya. Kesediaan untuk menerima kekurangan anak menunjukkan kepedulian dan pengertian sehingga dimungkinkan upaya konstruktif dalam menyelesaikan masalah.
- Tanamkan prinsip dan nilai-nilai yang kuat; prinsip dan nilai yang dianut keluarga akan memberikan acuan bagi anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Terapkan disiplin yang mendidik; reward dan punishment hendaknya diterapkan dengan benar, anak mampu melihat alasan positif dari setiap perlakuan yang diterimanya.
- Sediakan waktu khusus yang bersifat rutin ; dengan adanya waktu khusus bagi anak maka ia belajar untuk menghargai usaha orang lain yang ditujukan untuk dirinya, hal ini akan membuatnya merasa penting dan berharga, perasaan tersebut sebagai landasan untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.
- Berikan dukungan penuh; anak memerlukan dukungan yang nyata dari orang tuanya, hal ini berguna untuk memberikan dirinya evaluasi tentang keberadaan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar