laman

Sabtu, 28 Desember 2013

MELIBATKAN AYAH DALAM MENGASUH SI BUAH HATI


Ida Bagus Gede Adi Putra Yadnya M.Psi., Psikolog


Mengasuh adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua (suami dan istri) ketika sudah memiliki anak. Saat berpacaran pasti pernah berangan-angan tentang berapa banyak anak yang ingin dimiliki, akan diperlakukan seperti apa dan akan diberikan pendidikan seperti apa ? Kadang ketika orang tua sudah dihadapkan pada kenyataan mengasuh anak dalam kehidupan sehari-hari muncul kejenuhan dan keengganan secara pribadi sehingga muncul kecenderungan untuk menyerahkan tangung jawab pengasuhan kepada salah satu orang tua, yakni ibu.
Dalam masyarakat konvesional tanggung jawab untuk mengasuh anak biasanya lebih banyak dibebankan kepada figur ibu, ibu yang lebih banyak tahu tentang seluk beluk anak. Lalu pertanyaannya kemana si ayah, biasanya ayah lebih memilih berada dalam dunianya yang dianggap sebagai dunianya laki-laki yakni bekerja mencari nafkah.
Hasil penelitian para ahli menyatakan bahwa keyakinan tentang anak adalah urusan ibu bukanlah merupakan keyakinan yang ada di masyarakat Indonesia saja namun suatu keyakinan yang lebih universal. Walaupun saat ini sudah mulai berkembang bahwa ayah juga terlibat dalam pola pengasuhan anak namun belum manjadi kecenderungan yang umum.  Figur ayah dikatakan cenderung mengambil jarak dengan anak-anaknya, lebih fokus pada kegiatan pekerjaan sehingga waktu untuk berinteraksi dengan keluarga menjadi berkurang.

Saatnya ayah terlibat / manfaat keterlibatan ayah
Melihat dari efek psikologis yang ditimbukan dari kedekatan antara ibu dan si kecil sejak lahir tidak terlepas dari proses interaksi yang berkualitas. Kualitasnya tercermin dari ikatan emosional atau attachment antara ibu dan anak yang diyakini sebagai dasar bagi anak dalam berinteraksi secara sehat dengan lingkungannya. Pada dasarnya pengasuhan merupakan perilaku yang didalamnya terdapat kehangatan, kepekaan, penerimaan, hubungan timbal balik, pengertian dan respon yang tepat terhadap kebutuhan anak. Hal-hal tersebut di atas tidak dapat diberikan semuanya oleh salah satu figur orang tua saja, akan lebih baik jika kedua orang tua hadir secara nyata memberikan apa yang dibutuhkan oleh anak. Keterlibatan ayah akan memberi landasan berupa kepercayaan diri dan kemampuan untuk bertanggung jawab dan kemandirian pada anak, hal ini sangat penting untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi dunianya. Sangat penting menanamkan kemampuan bertanggung jawab terhadap diri pada anak, sebab dalam perkembangan selanjutnya anak tidak akan selamanya hidup dengan orang tuanya. Ketika ia mampu bertanggung jawab pada dirinya harapannya ia juga akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya.

Bagaimana meningkatkan keterlibatan ayah dalam mengasuh anak ! / solusi agar ayah terlibat ?
Penting adanya pembagian peran antara ibu dan ayah, jika selama ini ibu yang lebih berperan maka saatnya untuk memberi peran pada ayah. Menurut Grant (dalam Andayani, 2007) menyebutkan bahwa filosofi dalam mengasuh anak terletak pada empat elemen, yaitu fisik, sosial, spiritual dan intelektual. Keterlibatan ayah idealnya terletak pada empat elemen tersebut. Disamping itu perlu juga ditambahkan elemen afektif sehingga memenuhi aspek kehangatan dalam pengasuhan. Mengikuti filosofi tersebut maka kita dapat menfokuskan peran ayah pada elemen-elemen dimaksud.
  1. Elemen fisik. Bentuk interaksi yang dapat dilakukan ayah adalah aktivitas bersama melalui permainan yang melibatkan aktivitas fisik. Tujuannya adalah agar kemampuan motoriknya menjadi terlatih. Adanya perbedaan pengalaman saat berinteraksi antara ayah dan Ibu akan memberikan pengalaman yang berbeda pula pada anak sehingga ia dapat mengeksplorasi kemampuan lebih luas.
  2. Elemen sosial. Interaksi dengan anak memerlukan konsentrasi, kadang seorang ayah memberikan perhatian kepada anaknya jika ada waktu luang saja, hal ini dapat menimbulkan keakraban antara anak dan ayah berkurang sehingga keterampilan sosialnya tidak terasah dengan baik. Sebaiknya ayah ketika bermain bersama anak memastikan bahwa keberadaannya saat itu benar-benar untuk anak. Pikiran yang terpecah akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan, dengan waktu yang terfokus inilah ayah akan mampu mencurahkan semua pikirannya untuk menjalin hubungan sosial berkualitas dengan anak. Proses ini dapat memberikan pengalaman pada anak tentang pengertian dan penerimaan.
  3. Elemen spiritual. Dalam pengasuhan ayah sangat berperan dalam memberikan dasar tentang moralitas pada anak, pengetahuan tentang baik dan buruk, mana tindakan yang diperbolehkan dan mana yang dilarang, informasi tentang norma-norma sosial sangat penting sebelum anak berinteraksi lebih luas dengan dunianya. Ayah dapat mengajak dan membiasakan anak melakukan kegiatan ibadah bersama, sehingga anak akan melihat contoh perilaku secara langsung.
  4. Elemen Intelektual. Selama ini mungkin Ibu yang banyak menemani anak mengerjakan “PR”, nah peran ini dapat bergantian dengan ayah. Peran ayah menjadi penting karena ayah sebagai figur otoritas harus mampu sebagai role model sekaligus menularkan pengalaman-pengalamannya untuk memberi bekal anak terkait perkembangan intelektualnya. Misalnya saat  ayah menemani anak mengerjakan pekerjaan rumah, sesekali memberi bantuan boleh saja, namun akan lebih baik jika bantuan yang diberikan bersifat merangsang anak untuk berpikir, tidak semata-mata agar “PR” segera selesai. Cara pandang yang berbeda antara ayah dan ibu dalam membantu anak menyelesaikan pekerjaan rumah memiliki nilai positif yakni memberikan wawasan kepada anak dalam membangun penghargaan pada orang lain dan menghargai perbedaan.

Keterlibatan ayah dalam  merencanakan pendidikan anak

Pendidikan adalah modal yang sangat penting dimiliki anak, sebagai bekalnya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sebagai kepala keluarga ayah memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin kelangsungan pendidikan anak. Apa yang telah dilakukan ibu akan disempurnakan oleh peran ayah dalam turut serta merencanakan pendidikan anak. Ayah yang ikut melibatkan diri secara aktif dalam mendidik anak akan membawa keuntungan positif. Sebuah penelitian oleh Universitas Illinois, AS, menyimpulkan bahwa anak yang memiliki ayah yang peduli untuk meluangkan waktu untuk sekedar menanyakan pada anak tentang apa yang dipelajari di sekolah, menanyakan kegiatan sosial anak dan hubungannya dengan teman-temannya, akan cenderung memiliki performa dan pencapaian lebih baik di sekolah dibanding anak yang tidak mendapat perhatian serupa dari ayah mereka.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan harus diartikan sebagai partisipasi aktif yang dilakukan secara terus menerus. Diperlukan komitmen, sebab tugas yang dilakukan bukan tugas yang dapat dilakukan jika ada waktu luang, melainkan tugas yang dilakukan dengan waktu khusus dan rutin serta kesiapan fisik dan mental.

Tips untuk ayah dalam mengasuh si kecil
  1.   Berikan penghargaan tulus kepada anak; buat ia merasa penting dan merasa diperhatikan.
  2.   Peka terhadap perubahan perilaku anak; perubahan perilaku bisa mengindikasikan adanya kebutuhan, pastikan ia mampu mengkomunikasikan apa yang menjadi kebutuhannya.
  3.  Menerima kelebihan dan kekurangan anak; hal ini sangat penting sehingga anak tidak merasa terbeban selalu tampil baik di depan orang tuanya. Kesediaan untuk menerima kekurangan anak menunjukkan kepedulian dan pengertian sehingga dimungkinkan upaya konstruktif dalam menyelesaikan masalah.
  4. Tanamkan prinsip dan nilai-nilai yang kuat; prinsip dan nilai yang dianut keluarga akan memberikan acuan bagi anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
  5. Terapkan disiplin yang mendidik; reward dan punishment hendaknya diterapkan dengan benar, anak mampu melihat alasan positif dari setiap perlakuan yang diterimanya.
  6. Sediakan waktu khusus yang bersifat rutin ; dengan adanya waktu khusus bagi anak maka ia belajar untuk menghargai usaha orang lain yang ditujukan untuk dirinya, hal ini akan membuatnya merasa penting dan berharga, perasaan tersebut sebagai landasan untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.
  7. Berikan dukungan penuh; anak memerlukan dukungan yang nyata dari orang tuanya, hal ini berguna untuk memberikan dirinya evaluasi tentang keberadaan dirinya.

Meningkatkan kebanggaan terhadap pasangan


IBG. Adi Putra Yadnya, M. Psi
Kabag Psikologi Biro SDM Polda Lampung

Indahnya saat bertemu pertama kali dengan seseorang yang disukai adalah pengalaman yang sulit terlupakan. Jika perasaan suka ini mendapat respon atau penerimaan dari orang yang kita sukai tersebut maka terjadilah hubungan pacaran. Saat pertama kali bertemu  yang mengesankan adalah hal-hal yang menarik atau sesuatu yang terlihat bagusnya saja.  Setiap orang ingin menampilkan kesan yang baik agar orang menjadi terkesan dan menyukainya. Kesan yang diperoleh seseorang untuk menjadi tertarik dengan pasangannya pada awalnya sebagian besar dipengaruhi oleh ketertarikan secara fisik, setelah terjadi interaksi sosial akan muncul ketertarikan dari aspek-aspek yang lain seperti, emosi, sikap, ataupun kepribadiannya. Interaksi interpersonal yang berawal dari sebuah ketertarikan dapat berkembang menjadi kecocokan dari masing-masing pasangan. Perasaan cocok ini kemudian akan menjadi salah satu pendorong dari seseorang untuk memutuskan membangun rumah tangga melalui pernikahan. Jika ini berlangsung sepanjang hidup hal ini adalah sesuatu yang luar biasa, namun dalam kenyataannya terkadang berumah tangga tidaklah seindah apa yang dibayangkan ketika berpacaran. Seiring dengan berjalannya waktu satu persatu kelemahan pasangan mulai muncul, misalnya kelemahan dalam bentuk, sikap, perilaku atau sifat tertentu yang tidak muncul sebelumnya. Kelemahan atau keterbatasan yang ada dapat membuat kebanggan terhadap pasangan menjadi berkurang.

Bagaimana kita dapat mengenali faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perasaan kurang bangga terhadap pasangan?
Kita tidak dapat memastikan satu faktor utama yang menyebabkan munculnya perasaan tersebut. Untuk sampai pada perasaan tersebut memerlukan proses  sampai terbentuk sebuah perilaku bahwa seseorang menjadi tidak menghargai pasangannya lagi seperti ketika awal bertemu. Kita dapat memulai dari melihat adanya perubahan-perubahan kecil dalam interaksi antar pasangan. Perubahan ini tidak selalu sesuatu yang besar, bisa saja hal-hal sepele yang kadang luput dari perhatian, namun jika dibiarkan akan memunculkan masalah yang besar akibat akumulasi dari permasalahan sepele tadi. Kita bisa melihat perbandingan intensitas pasangan untuk melakukan hal-hal yang dilakukan ketika awal pernikahan atau ketika masih berpacaran dengan situasi rumah tangga saat ini. Misalnya semakin jarang mengucapkan “terimakasih” atas apa yang dilakukan pasangannya. Mulai melupakan hari-hari yang memiliki arti khusus. Amati bagaimana perubahan sikap secara umum, bagaimana caranya memberikan respon. Dalam hal ini akan terjadi proses belajar, yakni ketika sebuah tindakan tidak memperoleh respon yang diharapkan maka tindakan itu cenderung tidak akan dilakukan kembali. Misalnya pasangan mengatakan “terimakasih”, tapi tidak memperoleh balasan atau jawaban dari pasangannya maka tingkah laku mengucapkan “terimakasih” tidak akan dilakukan lagi. Perubahan lain dapat berkembang menjadi lebih kompleks, misalnya masing-masing pasangan sudah mulai saling menilai kelemahan pasangannya, penilaiannya bisa dari fisik, sifat, sikap, serta kepribadian secara umum. Perubahannya dapat berbeda-beda untuk setiap pasangan, tergantung dari model interaksinya.

Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi tidak bangga lagi dengan pasangannya ?
  1. Adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Apa yang diharapakan ketika sedang berpacaran dahulu ternyata tidak sesuai dengan realita saat berumah tangga. Cita-cita yang ingin dicapai ternyata sangat sulit diwujudkan, misalnya salah satu pasangan tidak konsisten terhadap komitmennya dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Energy dan semangat yang dimiliki tidak sama seperti ketika merancanakan rumah tangga.
  2. Adanya penilaian akan keterbatasan kapasitas pasangannya untuk melakukan upaya mewujudkan keinginan pasangannya. Hal ini mencerminkan mulai memudarnya pengharggaan dan kebanggan terhadap pasangan. Disisi lain penilaian ini akan menurunkan kepercayaan terhadap pasangan dan tentu akan berpengaruh terhadap harga diri. Siapapun ketika merasa harga dirinya terancam akan bertindak untuk melindunginya.
  3.  Perubahan fisik. Salah satu pasangan merasa tidak puas dengan penampilan fisik pasangannya. Ketika pertama kali bertemu faktor fisik yang menarik menjadi kekuatan seseorang untuk menyukai pasangannya, seiring dengan berjalannya waktu tentu terjadi perubahan yang signifikan terhadap fisik. Hal ini bisa mengurangi kebanggaan seseorang terhadap pasangannya.
  4.  Adanya perubahan perilaku. Kadang terjadi perubahan perilaku yang tak terduga yang tidak ditemui ketika masa berpacaran dahulu. Perilaku ini dapat muncul saat seseorang tidak mampu menghadapi tekanan. Ketika seseorang menghadapi tekanan akan menimbulkan kecemasan, untuk mengatasi kecemasan biasanya muncul perilaku tertentu yang merupakan bentuk mekanisme pertahanan dirinya. Misalnya muncul perilaku “ngeyel” keika diberikan saran atau kritik, yang mungkin pada saat pacaran tidak ditemui.

Apa dampaknya jika kebanggaan terhadap pasangan mulai memudar ?
Berkurangnya kebanggan terhadap pasangan akan berpengaruh terhadap interaksi interpersonal antara suami dan istri. Interaksi menjadi kurang hangat  dan aktivitas yang dilakukan menjadi kurang bermakna. Kebanggan itu sendiri salah satunya dapat dilihat dari seberapa besar makna keberadaan seseorang ditengah pasangannya. Hilangnya kebanggaan terhadap pasangan akan mempengaruhi kualitas sikap saling menghargai, hal ini juga dapat menjadi model perilaku yang kurang baik bagi perkembangan anak. Ia akan melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan perilaku tersebut akan ditiru dalam proses interaksi sosialnya. Kesimpulannya, hilangnya rasa bangga terhadap pasangan berarti hilangnya harapan. Harapan merupakan energi yang mendorong seseorang untuk berusaha dan bekerja keras untuk meraih apa yang diinginkan. Jadi kehilangan rasa bangga terhadap pasangan bisa berarti hilangnya tujuan hidup yang dicita-citakan bersama. Jika hal ini terjadi maka keharmonisan rumah tangga akan terganggu dan pada akhirnya jika tidak segera tertangani akan mengancam kelangsungan rumah tangga itu sendiri.

Bagaimana agar rasa bangga terhadap pasangan itu tetap tumbuh dan terpelihara?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memelihara rasa bangga terhadap pasangan yaitu:
  1.  Fokus pada kelebihan pasangan; setiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya. Terkadang yang lebih ditonjolkan ketika dalam situasi yang tidak menyenangkan adalah kelemahan dari pasangan. Ubahlah dengan cara memberi perhatian yang lebih pada potensi baik serta kekuatan yang dapat dikembangkan.
  2.  Fokus pada tujuan hidup bersama; sadari bahwa dalam membina sebuah rumah tangga tidak hanya pengalaman menyenangkan yang akan ditemui namun juga hal-hal yang tidak menyenangkan, apapun tantangan atau hambatannya upayakan tidak mengganggu proses pencapaian tujuan hidup bersama.
  3.  Miliki waktu untuk berbicara dengan pasangan; setiap pasangan wajib memiliki waktu khusus untuk berbicara mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi bersama. Beri kesempatan pasangan menyampaikan keinginan dan harapan, keluhan dan hal-hal penting lainnya. Disisi lain Kadang seseorang ingin dimengerti oleh pasangannya tanpa harus berbicara, namun yang terbaik adalah setiap pasangan mampu berbicara sekaligus memiliki kesediaan untuk mendengarkan.
  4. Berpikir positif; mudah untuk diucapkan namun sulit dilaksanakan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan rasa syukur terhadap apapun yang diperoleh saat ini. Jika kekurangan pasangan tidak mampu diubah, misalnya karena keterbatasan fisik, maka yang disyukuri adalah kelebihan yang dapat dilakukannya, bukan menonjolkan kelemahannya. Jika terjebak pada kelemahan pasangan yang sulit untuk diubah, energi yang tersita untuk memikirkan hal tersebut sangat besar, akan lebih baik jika energi besar tersebut diarahkan pada apa yang mungkin dilakukan.
  5. Berikan penghargaan terhadap pasangan; sekecil apapun upaya yang dilakukan oleh pasangan jangan ragu untuk memberi apresiasi. Perasaan canggung dalam memberi pujian atau sekedar berbasa-basi dengan pasangan terkadang muncul, hal ini sebenarnya menghambat upaya untuk menumbuhkan perasaan saling menghargai dan kepedulain terhadap pasangan. Terkadang hal-hal kecil yang tidak disadari dapat menjadi perekat hubungan karena keunikannya. Jadi penghargaan diberikan tidak harus ketika pasangan melekukan hal-hal yang besar manfaatnya, penghargaan dapat diberikan kepada pasangan dari hal terkecil.
  6.  Melakukan konsultasi; jika merasa memerlukan pihak lain, jangan ragu mencari bantuan professional untuk membantu mencari alternatif dari masalah yang dihadapi, anda dapat melakukan konseling pada lembaga resmi yang terpercaya.

Senin, 23 Desember 2013

Bagian Psikologi Ro SDM Polda Lampung memiliki salah satu tugas dalam bidang Psikologi Kepolisian yaitu memberikan pendampingan psikologis serta melakukan pemeriksaan psikologi terhadap seseorang yang memiliki permasalahan hukum. Pelayanan yang diberikan berupa kegiatan pemeriksaan psikologi dalam rangka membantu proses penyidikan. dalam hal ini membantu penyidik untuk menentukan kompetensi hukum seorang terperiksa baik tersangka, saksi maupun korban.
termasuk didalamnya adalah proses penususan profile pelaku kejahatan dan otopsi psikologi. Kegiatan ini merupakan salah satu hal yang menarik dalam bidang psikologi forensik.